PERLAWANAN KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM INDONESIA
TERHADAP IMPERALISME
A. Kedatangan
Imperialisme Barat Di Indonesia
Masuknya
Belanda ke Indonesia dimulai pada tahun 1595 pada saat Cornelis de Houtman
memimpin armada yang terdiri dari 4 buah kapal menuju Nusantara.
Pelayaran tersebut menempuh rute Belanda – Pantai Barat Afrika – Tanjung
Harapan – Samudra Hindia – Selat Sunda – Banten. Pada tanggal 6 Juni 1596
armada kapal tersebut sampai di Sumatera dan pada tanggal 22 Juni mendarat di
pelabuhan Banten.
Pada tahun 1958 kembali armada Belanda masuk ke Nusantara
dipimpin oleh Yacob Van Neck dan Warmijk dan mendarat di Maluku.
Awalnya
tujuan kedatangan Belanda ke Indonesia adalah untuk berdagang rempah-rempah. Armada
pelayaran Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman(1565- 1599).
V O C |
(Verenigde Oostindische Compagnie/Persekutuan Dagang Hindia Timur)
Indonesia
pada abad ke-17 dan 18 tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda
namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (Verenigde Oostindische Compagnieatau VOC). VOC telah
diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah
tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia,
yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah
mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara.
Tujuan lainnya adalah :
- Menghindari persaingan dagang diantara pedagang Belanda
- Memperkuat persatuan untuk menghadapi persaingan dengan pedagang Eropa lainnya.
- Membantu perekonomian Belanda yang saat itu sedang perang dengan Spanyol.
Pemerintah Belanda memberikan hak khusus kepada VOC (hak
octrool) yang berisi :
- Hak mencetak uang sendiri.
- Hak mendirikan benteng dan membentuk tentara sendiri.
- Hak mengadakan perundingan dengan para raja di Nusantara.
- Hak mengangkat Gubernur Jendral.
- Hak Monopoli.
Pada
tahun 1609 VOC membuka kantor dagang di Sulawesi Selatan namun niat tersebut
dihalangi oleh raja Gowa. Raja Gowa tersebut melakukan kerjasama dengan
pedagang-pedagang Inggris, Prancis, Denmark, Spanyol dan Portugis.
Pada tahun 1610 Ambon dijadikan pusat VOC, dipimpin
seorang-gubernur jendral. Tetapi selama 3 orang gubernur-jendral, Ambon tidak
begitu memuaskan untuk dijadikan markas besar karena jauh dari jalur-jalur
utama perdagangan Asia.
Pada bulan Mei 1619 Jan Pieterszoon Coen, seorang
Belanda, melakukan pelayaran ke Banten dengan 17 kapal. Pada tanggal 30
Mei 1619 Jan Pieterszoon Coen melakukan penyerangan terhadap Banten dan
berhasil memukul mundur tentara Banten. Kemudian Jan Pieterszoon Coen
membangun Batavia sebagai pusat militer dan administrasi yang relatif aman bagi
pergudangan dan pertukaran barang-barang, karena dari Batavia mudah mencapai jalur-jalur
perdagangan ke Indonesia bagian timur, timur jauh, dari Eropa.
Pada tahun1619 Jan Pieterszoon Coen ditunjuk menjadi
gubernur-jendral VOC. Dia menggunakan kekerasan, untuk memperkokoh kekuasaannya
dia menghancurkan semua yang merintangi. Dan menjadikan Batavia sebagai tempat
bertemunya kapal-kapal dagang VOC.
Pada masa kekuasaannya VOC banyak
melakukan penyelewengan, kerusuhan dan kekejaman terhadap rakyat antara lain :
- Tahun 1620 :
Dalam
rangka mengatasi masalah penyeludupan di Maluku, VOC melakukan pembuangan,
pengusiran bahkan pembantaian seluruh penduduk pulau Banda dan berusaha
menggantikannya dengan orang-orang Belanda pendatang dan mempekerjakan tenaga
kerja kaum budak.
2.
Tahun
1660 :
Armada VOC yang terdiri dari 30
kapal menyerang Gowa, menghancurkan kapal-kapal Portugis. Pada bulanAgustus –
Desember 1660 Sultan Hasanuddin, raja Gowa dipaksa menerima persetujuan
perdamaian dengan VOC, namun persetujuan ini tidak berhasil mengakhiri permusuhan.
Tanggal 18 November 1667 – Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian
Bongaya, akan tetapi Sultan Hasanuddin kembali mengobarkan pertempuran.
Bulan April 1668 dan Juni 1669 – VOC melakukan serangan besar-besaran terhadap
Goa dan setelah pertempuran ini perjanjian Bongaya benar-benar dilakukan. Tahun
1669 kondisi Nusantara bagian timur bertambah kacau, kehidupan ekonomi dan
administrasitidak terkendalikan lagi.
3.
VOC melakukan pelayaran hongi yaitu pelayaran yang bertujuan
menghukum penduduk yang menjual rempah-rempah ke pihak lain. Rakyat
melakukan perlawanan. Salah satunya adalah kerajaan Banten pimpinan
Sultan Ageng Tirtayasa yang memiliki armada yang dibangun menurut model
Eropa. Akibat pemberontakan-pemberontakan ini VOC mengalami
kesulitan dan kekurangan dana. Ditambah pula terjadi korupsi dan
penyelewengan di tubuh VOC, sehingga akhirnya VOC mengalami kebangkrutan dan
pada tanggal 31 Desember 1799 VOC dibubarkan.
Masa
Pemerintahan Herman Willem Daendels (1801 – 1811)
Setelah
VOC dibubarkan wilayah Nusantara diserahkan kepada Belanda. Kerajaan
Belanda menugaskan Herman Willem Daendels sebagai gubernur jendral di
Nusantara. Istana Daendels berkedudukan di Buitenzorg (Bogor).
Usaha yang dilakukan Daendels adalah mempertahankan pulau Jawa dari ancaman
Inggris.
Langkah-langkah yang ditempuh Daendels antara lain :
- Melatih bangsa Indonesia menjadi tentara.
- Membangun pabrik senjata di Semarang dan Surabaya.
- Membangun benteng-benteng pertahanan.
- Membangun pangkalan armada di Anyer dan Ujungkulon (Banten).
- Membangun jalan raya Anyer – Panarukan sepanjang 1000 km.
.
Salah
satu program Daendels adalah keja paksa tanpa upah yang disebut rodi.
Kerja paksa ini dilakukan untuk kepentingan penjajah dengan tujuan untuk
mengusai rakyat di pulau Jawa. Bentuk kerja paksa tersebut yaitu :
- Memaksa rakyat untuk membangun jalan dari Anyer sampai Panarukan sepanjang 1000 km.
- Membangun pelabuhan, benteng pertahanan, dan gedung-gedung pemerintahan Belanda.
Dalam
kerja paksa ini rakyat diharuskan membawa bekal sendiri, sementara Belanda
tidak memberikan upah maupun makanan dan minuman. Akibatnya rakyat
menderita kelaparan dan terserang penyakit hingga meninggal dunia.
Untuk mengatasi kebutuhan dana, Daendels melakukan beberapa
hal yaitu :
- Rakyat diharuskan menyerahkan hasil bumi sebagai kewajiban membayar pajak.
- Rakyat menjual hasil bumi kepada Belanda dengan harga yang sudah ditetapkan.
- Rakyat di Jawa Barat diwajibkan menanam kopi untuk pemerintah Belanda
- Menjual tanah negara kepada pihak asing.
Peraturan-peraturan ini tentu saja menyengsarakan rakyat.
Bulan
Mei 1881, Daendels digantikan oleh Jan Willem Janssens. Daendels kemudian
bekerja di bawah Napoleon dalam peperangannya yang gagal di Moskwa.
B. Keberadaan
Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia Ketika Belanda Datang
Menjelang kedatangan Belanda di Indonesia pada akhir abad ke-16
dan awal abad ke-17 keadaan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia tidaklah sama.
Perbedaan keadaan tersebut bukan hanya berkenaan dengan kemajuan politik,
tetapi juga dalam proses pengembangan Islam di kerajaan-kerajaan tersebut.
Misalnya di Sumatra, penduduk sudah memeluk Islam sekitar tiga abad, sementara
di Maluku dan Sulawesi penyebaran agama Islam baru saja berlangsung.
Pada abad ke-16, tampaknya Aceh menjadi lebih
dominan, terutama karena para pedang Muslim menghindar dari Malaka dan memilih
Aceh sebagai pelabuhan transit. Aceh berusaha menarik perdagangan internasional
dan antar kepulauan nusantara. Bahkan, ia mencoba menguasai pelabuhan-pelabuhan
pengekspor lada, yang ketika itu sedang banyak permintaan. Kemenangan Aceh atas
Johor, membuat kerajaan terakhir ini pada tahun 1564 M menjadi daerah vasal
dari Aceh.
Kemajuan Aceh dilanjutkan oleh menantu Iskandar
Muda, Iskandar Tsani (Iskandar II). Menantunya yang liberal ini dapat
mengembangkan Aceh dalam beberapa tahun kedepan. Dengan lembut dan adil,
Iskandar Tsani mendorong perkembangan agama dan melarang pengadilan dengan
penyiksaan fisik. Pada masa ini, pengetahuan keagamaan juga maju pesat. Namun,
kematian Iskandar Tsani yang dini, diikuti oleh masa-masa bencana tatkala
beberapa sultan perempuan menduduki singgahsana pada 1641-1699 M, menjadikan
Aceh lemah. Banyak wilayah taklukannya yang lemah dan kesultanan pun terpecah-pecah.
Dan kemudian kondisi negeri juga mulai mengalami
penurunan disebabkan oleh banyaknya peperangan dan krisis ekonomi. Karena
peperangan yang terus-menerus melawan Barat, yang menyebabkan penderitaan yang
sangat berat bagi Aceh. Akhirnya, negeri ini jatuh ke tangan Belanda pada tahun
1322 H/ 1904 M.
Di Jawa, pusat kerajaan Islam sudah pindah dari
pesisir ke pedalaman, yaitu dari Demak ke Pajang kemudian ke Mataram.
Berpindahnya pusat pemerintahan itu membawa pengaruh besar yang sangat
menentukan perkembangan sejarah Islam di Jawa, diantaranya:
1. kekuasaan dan sistem politik didasarkan atas
basis agraris.
2. Peranan daerah pesisir dalam perdagangan dan
pelayaran mundur, demikian juga peranan pedagang dan pelayar Jawa.
3. Terjadinya pergeseran pusat-pusat perdagangan
dalam abad ke-17 dengan segala akibatnya.
Di Sulawesi, pada akhir abad ke-16, pelabuhan Makassar berkembang
dengan pesat. Letaknya memang strategis. Faktor-faktor yang mempercepat
perkembangan tersebut:
1.
Pendudukan Malaka oleh
Portugis mengakibatkan terjadinya migrasi pedagang Melayu, antara lain ke
Makassar.
2.
Arus migrasi Melayu
bertambah besar setelah Aceh mengadakan ekspedisi terus menerus ke Johor dan
pelabuhan-pelabuhan ke Semenanjung Melayu.
3.
Blokade Belanda terhadap
Malaka dihindari oeh pedagang-pedagang, baik Indonesia maupun India, Asia Barat
dan Asia Timur.
4.
Merosotnya pelabuhan
Jawa Timur mengakibatkan fungsinya diambil oleh pelabuhan Makassar.
5.
Usaha Belanda memonopoli
perdagangan rempah-rempah di Maluku membuat Makassar mempunyai kedudukan
sentral bagi perdagangan antara Malaka dan Maluku. Itu semua membuat pasar
berbagai macam barang berkembang disana.
C. Maksud Dan
Tujuan Kedatangan Belanda
Perkembangan dan pertumbuhan Islam di Indonesia menyebabkan
berdirinya beberapa kerajaan Islam. Kemudian karena Indonesia kaya raya, maka
datanglah bangsa-bangsa Barat, diantaranya Portugis di tahun 1512 M, kemudian
disusul Spanyol pada tahun 1521 M, lalu Prancis pada tahun 1529 M, dan Belanda
tahun 1596 M, baru Inggris datang kemudian.
Maksudnya semua hendak berniaga di samping
mengembangkan kristen, sebagai alat menanamkan pengaruh dan kekuasaan, di
samping itu juga untuk mengembangkan usaha perdagangan yaitu ingin mendapatkan
rempah-rempah yang mahal harganya di Eropa. Namun olehnya mereka melakukan
tekanan dan paksaan, sehingga Indonesia menjadi jajahan bangsa barat (Belanda)
tiga setengah abad lamanya.
Karena melihat hasil yang diperoleh perseroan
Amsterdam, yang mengirim armada kapal dagangnya yang pertama ke Indonesia tahun
1595 M terdiri dari empat kapal, di bawah pimpinan Cornelis De Houtman.
Menyusul kemudian angkatan kedua tahun 1598 M di bawah pimpinan Van Nede, Van
Heemskerck, dan Van Warjick. Selain dari Amsterdam, juga datang beberapa kapal
dari berbagai kota di Belanda. Angkatan ketiga berangkat tahun 1599 M dibawah
pimpinan Van Der Hagen dan angkatan keempat tahun 1600 M dibawah pimpinan Van
Neck. Sehingga banyak perseroan lain berdiri yang juga ingin berdagang dan
berlayar ke Indonesia. Pada bulan Maret 1602 M, perseroan-perseroan ini
bergabung dan disahkan oleh Staten-General Republik
dengan satu piagam yang memberi hak khusus kepada perseroan gabungan tersebut
untuk berdagang, berlayar dan memegang kekuasaan di kawasan antara Tanjung
Harapan dan kepulauan Solomon, termasuk kepulauan Nusantara. Perseroan itu
bernama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC).
Melihat isi piagam tersebut, jelas bahwa VOC, disamping berdagang
dan berlayar, juga diberi hak untuk melakukan kegiatan-kegiatan politik dalam
rangka menunjang uasaha perdagangannya. Boleh jadi, hak politik itu diberikan
karena hal yang sama juga berlaku bagi negara-negara Eropa lainnya, seperti
Portugis yang datang ke kepulauan Indonesia hampir seabad sebelum Belanda.
Sebelum itu, Belanda sudah berhasil mendirikan faktotai di Aceh (1601 M),
Pathani (1601 M) dan Gresik (1602 M).
VOC yang berpusat di Amsterdam itu merumuskan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Kompeni Belanda itu
boleh membuat/mengadakan perjanjian dengan raja-raja di Hindia Timur atas nama
kerajaan Belanda.
2.
Kompeni Belanda boleh
membangun kota, benteng dan kubu-kubu pertahanan di tempat-tempat yang
dipandang perlu.
3.
Kompeni Belanda boleh
mengadakan serdadu sendiri, gubernur dan pegawai-pegawai sendiri, sehingga
menjadi serupa pemerintah.
D. Strategi Politik
Belanda
Peraturan-peraturan
yg ditetapkan VOC dalam melaksanakan monopoli perdagangan antara lain :
1.
Verplichte
Laverantie
Yaitu penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yg
telah ditetapkan oleh VOC,dan melarang rakyat menjual hasil buminya selain kepada VOC.
2.
Contingenten
Yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak
berupa hasil bumi.
3.
Peraturan
tentang ketentuan areal dan jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh
ditanam.
4.
Ekstirpasi
Yaitu hak VOC untuk menebang tanaman rempah- rempah agar tidak
terjadi over produksi yg dapat menyebabkan harga rempah-rempah merosot.
5.
Pelayaran
Hongi
Yaitu pelayaran dengan perahu kora-kora (perahu perang) untuk
mengawasi pelaksanaan monopoli perdagangan VOC dan menindak pelanggarnya.
Beberapa gubernur
jendral VOC yang dianggap berhasil dalam mengembangkan usaha dagang dan
kolonisasi VOC di Nusantara antara lain :
1.Jan Pieterzoon
Coen (1619-1629)
Dikenal
sebagai peletak dasar imperialisme Belanda di Nusantara.Ia dikenal pula dengan
rencana kolonisasinya dengan memindahkan orang-orang Belanda bersama
keluarganya ke Indonesia.
2.Antonio
Van Diemen (1636-1645)
Ia
berhasil memperluas kekuasaan VOC ke Malaka pada tahun 1641,Ia juga mengirimkan
misi pelayaran yang dipimpin Abel Tasman ke Australia,Tasmania,Selandia
baru.
3.Joan
Maetsycker (1653-1678)
Ia
berhasil memperluas wilayah kekuasaan VOC ke Semarang Padang dan Menado.
4.Cornelis
Speeldman (1681-1684)
Ia
menghadapi perlawanan didaerah dan tidak berhasil mengalahkan Sultan Agung,Trunojoyo
dan Sultan Ageng Tirtayasa.
MASA PEMERINTAHAN
HERMAN W.DAENDELS
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
DAENDELS:
1).Bidang Birokrasi Pemerintahan:
a)
Pusat pemerintahan
dipindahkan kepedalaman.
b)
Dewan Hindia Belanda
sebagai dewan legeslatif diganti dengan Dewan Penasehat.
c)
Membentuk sekretariat
negara (Algemene Secretarie).
d)
Pulau jawa dibagi
pulau jawa di bagi menjadi 9 Prefektuur dan 31 kabupaten.
e)
Para bupati di jadikan
pemerintah Belanda dan di beri pangakat sesuai dengan ketentuan kepegawaian
pemerintah Belanda.
2).Bidang hukum dan peradilan:
Dalam bidang
hukum Daendels membentuk 3 jenis pengadilan yaitu sebagai berikut:
a)
Pengadilan utuk orang
eropa.
b)
Pengadilan untuk orang
pribumi.
c)
Pengadilan untuk orang
timur asing. Pengadilan untuk orang pribumi ada di setiap prefectur dengan
prefect sebagai ketua dan para bupati sebagai anggota.
Pemberantasan
korupsi tanpa pandang bulu termasuk pada bangsa Eropa.Akan tetapi ia sendiri
melakukan korupsi besar-besaran dalam kasus penjualan tanah kepada fihak
swasta.
3).Bidang Militer dan Pertahanan dalam melaksanakan
tugas utamanya untuk mempertahankan P.Jawa dari serangan Inggris,Daendels
mengambil langkah-langkah :
a)
Membangun jalan antara
Anyer-Panarukan.
b)
Menambah jumlah
angkatan perang dari 3000 orang menjadi 20.000 orang.
c)
Membangun pabrik senjata
di Gresik dan Semarang.
d)
Membangun pangkalan
angkatan laut di Ujung Pandang dan Surabaya.
e)
Membangun benteng-benteng
pertahanan.
f)
Meningkatkan
kesejahteraan prajurit.
4).Bidang Ekonomi dan Keuangan:
a)
Membentuk Dewan
Pengawas Keuangan negara (Algemene Rekenkaer).
b)
Mengeluarkan uang
kertas.
c)
Memperbaiki gaji
pegawai.
d)
Pajak in natura
(contingenten) dan sistem penyerahan wajib (verplichte laverantie) yang
diterapkan pada masa VOC tetap dilanjutkan.
e)
Mengadakan monopoli
perdagangan beras.
f)
Mengadakan peminjaman
paksa kepada orang-orang yang dianggap mampu,bagi yg menolak akan dikenakan
hukuman.
g)
Penjualan tanah kepada
fihak swasta.
h)
Mengadakan Preanger Stelseel ,yaitu
kewajiban bagi rakyat Priangan dan sekitarnya untuk menanam tanaman eksport :
Kopi .
5).Bidang Sosial:
a)
Rakyat dipaksa untuk
melakukan kerja Rodi untuk membangun jalan Anyer-Panarukan.
b)
Pebudakan dibiarkan
berkembang.
c)
Menghapus upacara
penghormatan kepada Resident,Sunan dan Sultan.
d)
Membuat jaringan pos
distrik dengan menggunakan kuda pos.
Akhir kepemimpinan
Herman W.daendels:
Kejatuhan Daendels
antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut,
1)
Sikapnya yg otoriter
terhadap raja-raja Banten,Yogyakarta,Cirebon menimbulkan pertentangan dan
perlawanan.
2)
Penyelewengan dlam
kasus penjualan tanah kepada fihak swasta dan manipulasi penjualan istana
Bogor.
3)
Keburukan dalam sistem
administrasi pemerintahan.
Politik-politik yang berkembang pada
masa penjajahan Belanda:
·
Politik Etis atau Politik Balas Budi
suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah
kolonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Pemikiran ini merupakan kritik terhadap
politik tanam paksa. Munculnya kaum Etis yang
di pelopori oleh Pieter Brooshooft (wartawan Koran De Locomotief) dan C.Th. van Deventer (politikus) ternyata membuka mata
pemerintah kolonial untuk lebih memperhatikan nasib para pribumi yang terbelakang.
Pada 17 September 1901, Ratu Wilhelmina yang baru naik tahta menegaskan dalam
pidato pembukaan Parlemen Belanda, bahwa pemerintah Belanda mempunyai panggilan
moral dan hutang budi (een eerschuld) terhadap bangsa pribumi di Hindia
Belanda. Ratu Wilhelmina menuangkan panggilan moral tadi ke dalam kebijakan
politik etis, yang terangkum dalam program Trias Van deventer yang
meliputi:
1. Irigasi (pengairan),
membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan
pertanian
2. Emigrasi yakni mengajak
penduduk untuk bertransmigrasi
3. Edukasi yakni memperluas
dalam bidang pengajaran dan pendidikan.
Banyak pihak menghubungkan kebijakan baru politik Belanda
ini dengan pemikiran dan tulisan-tulsian Van Deventer yang diterbitkan beberapa
waktu sebelumnya, sehingga Van Deventer kemudian dikenal sebagai pencetus
politik etis ini.
Kebijakan pertama dan kedua disalahgunakan oleh
Pemerintah Belanda dengan membangun irigasi untuk perkebunan-perkebunan Belanda
dan emigrasi dilakukan dengan memindahkan penduduk ke daerah perkebunan Belanda
untuk dijadikan pekerja rodi. Hanya pendidikan yang
berarti bagi bangsa Indonesia.
Pengaruh politik etis dalam bidang pengajaran dan
pendidikan sangat berperan sekali dalam pengembangan dan perluasan dunia
pendidikan dan pengajaran di Hindia Belanda. Salah seorang dari kelompok etis yang
sangat berjasa dalam bidang ini adalah Mr. J.H. Abendanon (1852-1925) yang Menteri Kebudayaan,
Agama, dan Kerajinan selama lima tahun (1900-1905). Sejak tahun 1900 inilah
berdiri sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun rakyat biasa yang hampir merata
di daerah-daerah.
Sementara itu, dalam masyarakat telah terjadi semacam
pertukaran mental antara orang-orang Belanda dan orang-orang pribumi. Kalangan
pendukung politik etis merasa prihatin terhadap pribumi yang mendapatkan
diskriminasi sosial-budaya. Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka berusaha
menyadarkan kaum pribumi agar melepaskan diri dari belenggu feodal dan
mengembangkan diri menurut model Barat, yang mencakup proses emansipasi dan
menuntut pendidikan ke arah swadaya.
Penyimpangan:
Pada dasarnya kebijakan-kebijakan yang diajukan oleh van
Deventer tersebut baik. Akan tetapi dalam pelaksanaannya terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para pegawai Belanda. Berikut ini
penyimpangan penyimpangan tersebut:
1) Irigasi
Pengairan hanya ditujukan kepada tanah-tanah
yang subur untuk perkebunan swasta Belanda. Sedangkan milik rakyat tidak
dialiri air dari irigasi.
2) Edukasi
Pemerintah Belanda membangun sekolah-sekolah.
Pendidikan ditujukan untuk mendapatkan tenaga administrasi yang cakap dan
murah. Pendidikan yang dibuka untuk seluruh rakyat, hanya diperuntukkan kepada
anak-anak pegawai negeri dan orang-orang yang mampu. Terjadi diskriminasi
pendidikan yaitu pengajaran di sekolah kelas I untuk anak-anak pegawai negeri
dan orang-orang yang berharta, dan di sekolah kelas II kepada anak-anak pribumi
dan pada umumnya.
3) Migrasi
Migrasi ke daerah luar Jawa hanya ditujukan
ke daerah-daerah yang dikembangkan perkebunan-perkebunan milik Belanda. Hal ini
karena adanya permintaan yang besar akan tenaga kerja di daerah-daerah
perkebunan seperti perkebunan di Sumatera Utara, khususnya di Deli, Suriname, dan lain-lain. Mereka dijadikan kuli
kontrak. Migrasi ke Lampung mempunyai tujuan
menetap. Karena migrasi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja,
maka tidak jarang banyak yang melarikan diri. Untuk mencegah agar pekerja tidak
melarikan diri, pemerintah Belanda mengeluarkan Poenale Sanctie,
yaitu peraturan yang menetapkan bahwa pekerja yang melarikan diri akan dicari
dan ditangkap polisi, kemudian dikembalikan
kepada mandor/pengawasnya.
Dari
ketiga penyimpangan ini, terjadi karena lebih banyak untuk kepentingan
pemerintahan Belanda.
·
Politik Islam Hindia Belanda
Indonesia
merupakan negeri berpenduduk mayoritas muslim. Agama islam secara terus menerus
menyadarkan pemeluknya bahwa mereka harus membebaskan diri dari cengkraman
pemerintah kafir. Perlawanan dari raja-raja islam terhadap pemerintahan
colonial bagai tak pernah henti. Padam di suatu tempat muncul di tempat lain.
Belanda menyadari bahwa perlawana itu di inspirasi oleh ajaran islam.
Oleh
karena itu, agam islam dipelajari secara ilmiah di negeri belanda. Seiring
dengan itu, disana juga di selenggarakan indologie, ilmu untuk
mengenal lebih jauh seluk beluk penduduk Indonesia. Semua itu di maksudkan
untuk mengukuhkankekuasan belanda di Indonesia. Hasil dari pengkajian itu,
lahirlah apa yang di kenal dengan "politik islam". Tokoh utama dan
peletak dasarnya adalah Prof. Snouck hurgronje . dia berada di Indonesia
antara tahun 1889 dan 1906.
Berdasarkan analisisnya, islam dapat dibagi
menjadi dua bagan, yang satu islam religius dan yang lain islam politik
terhadap masalah agama, pemerintah belanda di sarankan agar bersikap
toleran yang di jabarkan di dalam sikap netral terhadap kehidupan keagamaan.
Dalam
rangka membendung pengaruh islam, pemerintah belanda mendirikan lembaga
pendidikan bagi bangsa Indonesia, terutama untuk kalangan bangsawan. Mereka
harus di tarik kea rah westernisasi.
Analisa
snouck hurgronje tentng potensi pribumi dan teotrinya tentang pemisahan unsure
agama dari unsure politik, tidak sejalan dengan perkembangan situasi, terutam
20 tahun terahir kekuasaan belanda di Indonesia. oleh karena itu, peranan
politik kantoor voor islandsche zaken semakin menghilang pada
tahun-tahun terakhir, meskipun wewenangnya mengawasi gerakan politik lebih
dipertegas sejak tahun 1931. Kantoor ini memang harus menjamin
kelangsungan pemerintah hindia Belanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar